Makna Di Balik Penciptaan Manusia, Jin dan Malaikat Menurut Buya Syakur
Dalam Alquran disebutkan bahwa Allah SWT menciptakan tiga makhluk berbeda, yaitu manusia (Nabi Adam), jin dan malaikat. Lalu apa tujuannya? Berikut penjelasan KH Buya Syakur Yasin MA.
Pria yang akrab disapa Buya Syakur tersebut menjelaskan, bahwa Allah SWT menciptakan manusia, jin dan malaikat bukan berarti Allah SWT butuh ketiga makhluk tersebut.
“Allah SWT menciptakan manusia, bukan berarti Allah SWT butuh manusia. Saya tegaskan Allah SWT tidak butuh apapun,” tegas Buya Syakur.
Menurut Buya Syakur, sejak awal Allah telah mengatakan bahwa telah menciptakan Adam dari tanah dan menciptakan malaikat dari cahaya serta menciptakan jin dari api.
Lalu malaikat dan jin disuruh bersujud kepada Adam. Namun jin menolak. Alasannya jin merasa lebih baik dari Adam. Sementara malaikat yang awalnya menolak, akhirnya mengikuti perintah Allah SWT tersebut.
Dari penjelasan ini, kata Buya Syakur, maknanya bahwa jin yang diciptakan dari api itu sifatnya energi negatif dan malaikat sebagai energi positif. Sementara Adam yang diciptakan dari tanah sifatnya materi.
“Bahwa pertemuan positif (malaikat) dan negatif (jin) di satu materi (manusia), akan muncul saling menghancurkan. Ketika timbul saling menghancurkan, maka disitulah akan bercahaya sebagai kekuatan besar muncul. Semua itu tidak akan muncul, jika kekuatan negatif dan kekuatan positif tidak dibenturkan,” jelas Buya Syakur.
“Ibarat sebuah lampu, jika hanya ada aliran positifnya saja. Maka tidak akan menyala. Namun jika aliran positif itu dibenturkan dengan aliran negatif di satu titik materi yang disebut lampu, maka akan bercahaya,” sambung Buya Syakur.
Nah nanti dipenghujungnya, kata Buya Syakur, bukan peran yang dimainkan. “Seperti dalam sebuah sandiwara atau lakon, mau jadi raja silahkan, mau jadi pembantu silahkan, ambil peran apapun silahkan, nanti yang menilai tetap sang sutradara. Tapi bukan peranmu yang menentukan, melainkan akting dengan sempurna,” tutur Buya Syakur.
“Seperti dalam film bertema kerajaan, yang menjadi raja belum tentu mendapat penghargaan. Justru seringkali yang memiliki peran pembantu yang mendapat penghargaan,” kata Buya Syakur.
“Dalam kehidupan ini juga begitu. Jangan beranggapan ketika menjadi kiyai kemudian akan mendapat surga paling atas. Belum tentu,”
Itulah, kata Buya Syakur, kenapa dalam realita banyak yang tertipu. Misalnya ketika melihat orang dengan ilmunya, melihat dengan surbannya, dengan jubahnya, dengan tasbih di tangannya.
“Saya tegaskan bukan disitu kehebatannya. Justru saya lebih terharu melihat wanita tua mengayuh sepeda, dengan tubuh rentanya membawa sayuran yang cukup berat untuk ia juga di pasar. Dengan begitu ia terlihat lebih siap menghadapi kehidupan apapun yang terjadi,” tandas Buya Syakur
“Bahwa pertemuan positif (malaikat) dan negatif (jin) di satu materi (manusia), akan muncul saling menghancurkan. Ketika timbul saling menghancurkan, maka disitulah akan bercahaya sebagai kekuatan besar muncul. Semua itu tidak akan muncul, jika kekuatan negatif dan kekuatan positif tidak dibenturkan,” jelas Buya Syakur.
“Ibarat sebuah lampu, jika hanya ada aliran positifnya saja. Maka tidak akan menyala. Namun jika aliran positif itu dibenturkan dengan aliran negatif di satu titik materi yang disebut lampu, maka akan bercahaya,” sambung Buya Syakur.
Nah nanti dipenghujungnya, kata Buya Syakur, bukan peran yang dimainkan. “Seperti dalam sebuah sandiwara atau lakon, mau jadi raja silahkan, mau jadi pembantu silahkan, ambil peran apapun silahkan, nanti yang menilai tetap sang sutradara. Tapi bukan peranmu yang menentukan, melainkan akting dengan sempurna,” tutur Buya Syakur.
“Seperti dalam film bertema kerajaan, yang menjadi raja belum tentu mendapat penghargaan. Justru seringkali yang memiliki peran pembantu yang mendapat penghargaan,” kata Buya Syakur.
“Dalam kehidupan ini juga begitu. Jangan beranggapan ketika menjadi kiyai kemudian akan mendapat surga paling atas. Belum tentu,”
Itulah, kata Buya Syakur, kenapa dalam realita banyak yang tertipu. Misalnya ketika melihat orang dengan ilmunya, melihat dengan surbannya, dengan jubahnya, dengan tasbih di tangannya.
“Saya tegaskan bukan disitu kehebatannya. Justru saya lebih terharu melihat wanita tua mengayuh sepeda, dengan tubuh rentanya membawa sayuran yang cukup berat untuk ia juga di pasar. Dengan begitu ia terlihat lebih siap menghadapi kehidupan apapun yang terjadi,” tandas Buya Syakur.
Makna Di Balik Penciptaan Manusia, Jin dan Malaikat Menurut Buya Syakur. VIDEO
No comments:
Post a Comment